Indonesia Youth Forum 2014: Wakatobi, Aku Belajar darimu


Suasana di Kapal Saat Hampir Sampai di -Pelabuhan Wanci, Wakatobi
Suasana di Kapal Saat Hampir Sampai di -Pelabuhan Wanci, Wakatobi

Braak.. Kucoba mengeluarkan koper dan barang bawaanku dari kapal kayu, yang baru saja mengantarkanku menuju pulau Wangiwangi, kabupaten Wakatobi. Alhamdulillah diri ini selamat mengarungi lautan lepas yang akrab dengan angin kencang dan ombak yang ganas. Aku disambut oleh guyuran hujan dan suara kerumunan orang yang sepertinya sudah tak sabar untuk menyapa sanak saudaranya.

Dengan kondisi diri yang linglung, aku membuntuti mbak Inayah yang kulihat telah berada di samping bapak angkatnya. Aku mencoba menghubungi bapak angkatku dengan meminjam ponsel mbak Inayah. Kutelponlah seorang ketua Inspektorat kabupaten Wakatobi itu. Karena aku sama sekali tak paham mengenai Wakatobi, akhirnya kusodorkan ponsel mbak Inayah kepada bapak angkatnya untuk memberitahu bapak angkatku tentang keberadaanku sekarang. Baru kusadari, ternyata pulau Wangiwangi memiliki dua pelabuhan. Bapak angkatku berada di pelabuhan besar, sedangkan aku berada di pelabuhan kecil. Aku pun menunggu kedatangannya di dalam mobil bapak angkat mbak Inayah dengan kondisi sedikit menggigil kedinginan.

Sebuah mobil avanza hitam berpelat nomor merah datang menghampiri mobil yang kutumpangi. Kuambil koper dan segera beranjak untuk menuju mobil bapak angkatku. Selama berada di dalam mobil, perbincangan singkatpun terjadi antara aku dan bapak angkatku. Mobil dinas ini pun berjalan mengantarkanku menuju rumah bapak angkatku. Sesekali aku merasa, mungkin aku sedang bermimpi. Namun, ternyata ini sebuah kenyataan.

Aku masih ingat betul betapa terjalnya medan perjuanganku untuk bisa sampai di pulau ini. Namun, ada satu hal yang unik. Hari ini tanggal 22 Mei 2014, sama persis dengan apa yang aku tuliskan di lembar impianku. Padahal acara IYF sebenarnya dilaksanakan tanggal 21 Mei 2014. Dulu, aku hanya mengira-ngira saja tentang tanggal pelaksanaan IYF. Dan ternyata sekarang, aku benar-benar sedang berada di pulau terpencil yang menjadi destinasi idaman masyarakat internasional di tanggal 22 Mei 2014, seperti apa yang aku tuliskan di lembar impianku. Dengan senyum yang terus berkembang, batin ini ingin mengungkapkan bahwa petualanganku di Wakatobi akan segera kumulai.

Kekuatan Impian
Kekuatan Impian

Aku disambut dengan ramah oleh bapak dan ibu angkat di sebuah rumah besar berwarna orange. Dengan kondisi tubuh yang lumayan basah, aku menyantap sarapan pertamaku di rumah orang tua angkatku. Aku seperti seorang tamu istimewa yang diperlakukan baik hati oleh keluarga baruku ini. Setelah selesai mengisi perut, aku pun menuju ke Patuno Resort. Sebuah resort yang kudengar merupakan milik dari bupati kabupaten ini, pak Hugua. Aku diantar oleh seorang supir melewati jalanan Wakatobi yang menurutku sangat unik dan identik dengan daerah pesisir. Aku seperti melewati jalanan perkampungan yang diapit oleh pantai di sebelah kiri dan hutan rindang sebelah kanan. Aku tak menemui pertigaan dan rambu-rambu jalan. Jalan yang kulalui hanyalah jalan aspal lurus yang berhiaskan pasir putih pantai di sepanjang pinggiran jalan. Dan uniknya, aku sama sekali tak menjumpai mobil lain selain mobil yang kutumpangi ini. Mungkin, karena hujan pagi ini begitu deras. Sehingga, masyarakat setempat terpaksa mengubur niat mereka untuk pergi berjalan-jalan.

“Selamat Datang Peserta Indonesia Youth Forum 2014 Wakatobi”. Kalimat itu kulihat berkali-kali di sepanjang jalan menuju pintu masuk resort. Sekilas, resort ini seperti resortkhas pulau Bali. Terpampang jelas pagar bambu dan kayu dengan ornamen tradisional di sekitaran pintu masuk. Meskipun awalnya aku harus menuju lobi, berputar-putar mencari kamar dan terburu-buru memakai pakaian. Maklum, supir ini sedang mengejar waktu karena hendak mengantarkan ‘si bos’ (sebutan untuk bapak angkatku) ke bandara. Akhirnya, aku telah siap semuanya. Aku pun keluar dari kamar dengan setelan jas dan pakaian ala businessman untuk segera menuju mobil. Dengan dipayungi oleh supir orang tua angkatku, aku menuju aula utama resort.

Sepanjang perjalanan menuju aula, kumanfaatkan waktu itu untuk mengenakan ikat pinggang dan membenarkan dasi hitamku. Diri ini seakan tak ingin melewatkan se-milimeter apapun yang aku kenakan. Sontak aku berpikir, apakah kehidupan orang kaya seperti ini? Pulang pergi diantar supir, diperhatikan oleh supir, bahkan supir rela untuk basah-basahan hanya untuk membiarkanku kering dan sukses mengenakan business attire ini. Aku juga tak habis pikir dengan seseorang yang membukakan kamarku tadi, kamar nomor 21, superior delapan. Bayangkan saja, dia berlari menerjang hujan deras dari lobi sampai kamarku. Padahal jarak antara keduanya cukup jauh. Alhasil, tubuhnya pun basah kuyup terkena hujan. Sungguh penuh perjuangan sekali orang-orang seperti mereka. Pikiran itu melayang hingga aku berada di depan pintu aula utama dengan ditemani stopmap warna putihku.

ID Card, binder dan tas IYF 2014
ID Card, binder dan tas IYF 2014

Indonesia Youth Forum tahun ini mengambil tema tentang kebudayaan dan pariwisata laut di Indonesia. Aku dan ratusan pemuda Indonesia lainnya pun mengikuti serangkaian acara tahunan ini. Berbagai tokoh inspiratif hadir untuk membekali 250-an pemuda Indonesia yang berasal dari sabang hingga merauke. Perusahaan Microsoft Indonesia dan Coca-cola Foundation terlihat antusias menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan proyek sosial. Perusahaan mereka melalui CSR (Corporate Social Responsibility) membuka kesempatan luas bagi change maker untuk berkolaborasi mengembangkan proyek sosial yang dimiliki.Coca-cola Foundation pun turut mempresentasikan tentang Perpustakaan Asyik yang aktif mengembangkan bakat dan minat para pengunjung perpustakaan mereka.

Master Class with Microsoft Indonesia
Master Class with Microsoft Indonesia

Suasana Sesi Foto Bersama di Aula Utama
Suasana Sesi Foto Bersama di Aula Utama

IYF 2014
IYF 2014

Pagi hingga sore hari, aku bersama para delegasi menghabiskan waktu di aula utama. Selain tokoh dari perusahaan-perusahaan besar, IYF tahun ini juga dihadiri oleh perwakilan dari Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), seorang purnawirawan angkatan dan pejabat kabupaten setempat. Kami mengulas banyak hal terkait kepemimpinan, pemuda, jiwa sosial sampai dengan kekayaan alam dari Wakatobi. Waktu itu, kami juga mengadakan simulasi survei nasional terkait permasalahan yang ada di Indonesia. Kami dikelompokan berdasarkan asal propinsi kami untuk menyurvei masalah paling crusial di Indonesia. Setelah semua data terkumpul, survei membuktikan bahwa masalah utama bangsa Indonesia adalah masalah PENDIDIKAN. Karena jika pendidikan bermasalah, maka hal itu akan menyebabkan domino effect di berbagai sektor kehidupan.

Luhut Panjaitan Purn.
Luhut Panjaitan Purn.

Bupati Wakatobi, Ir. Hugua
Bupati Wakatobi, Ir. Hugua

Malam harinya, aku dan teman-teman menyantap hidangan pesta besar yang disajikan di ruang makan yang terletak di pesisir pantai. Hari indah ini ditutup dengan lantunan lagu Kemesraan dan tarian khas Wakatobi yang dilakukan serentak oleh aku dan teman-teman lainnya di ruang makan.

"Putar ke kanan, ke kanan, ke kanan, ke kanan dan ke kanan, ke kanan, ke kanan, ke kanan dan ke kanan, ke kanan, ke kanan, ke kanan manise. Putar ke kiri, ke kiri, ke kiri, ke kiri dan ke kiri, ke kiri, ke kiri, ke kiri dan ke kiri, ke kiri, ke kiri, ke kiri manise..."

Sungguh, hari ini aku mendapatkan banyak inspirasi dari berbagai hal, mulai dari kekuatan mimpi, ketulusan supir dan tukang kunci. Aku juga sempat bertegur sapa dengan mas Alfath, sosok yang dulu mewawancaraiku saat seleksi IYF. Apa yang kuucapkan dulu padanya kini terwujud juga. Aku dengan seribu keyakinanku untuk dapat sampai ke Wakatobi. Ajaib memang! Dan inilah jalannya. Dengan menikmati semilirnya angin malam dan deburan ombak Wakatobi yang sangat khas, aku duduk di antara mas Radit dan delegasi dari Wakatobi. Memandangi pantai yang tiba-tiba surut dengan perasaan damai yang kian larut. Mungkin, malam ini hendak mengajarkanku hakikat sebuah kehidupan. Meskipun terkadang lautan ini terlihat surut, bukan berarti dia menyerah dan membiarkan dirinya terbawa oleh angin dan gaya gravitasi bulan. Aku yakin, dia sedang menanti saat yang tepat untuk dapat pasang kembali. Dan saat itu adalah disaat sang mentari pagi terbit di esok hari.

Pesta Besar di Ruang Makan
Pesta Besar di Ruang Makan

Makanan Khas Wakatobi
Makanan Khas Wakatobi

Tarian Khas Wakatobi
Tarian Khas Wakatobi

Bersama Presiden ISYF, mas Fajar
Bersama Presiden ISYF, mas Fajar

Bersambung....

0 komentar: