Indonesia Youth Forum 2014: Disaat Kekuatan Impian Berbicara

Alhamdulillah, akhirnya ada sedikit waktu untuk berbagi pengalamanku dalam memperjuangkan targetan mimpiku di tahun 2014. Aku masih ingat betul, bulan Februari lalu aku mulai mengetik daftar impianku di tahun 2014. Aku terinspirasi lagi untuk menulis daftar impian dalam setahun penuh. Bagaimana tidak? Di tahun lalu, aku menulis 150 mimpi dan alhamdulillah terwujud sekitar 80 an mimpi atas ridho Allah.


Jangan ragu untuk menulis mimpi. Jangan hanya diingat di pikiran, karena kita bisa dengan mudah melupakannya. Tulis dan visualisasikan mimpi kita! Tunggulah keajaiban dalam setiap detil mimpi-mimpi itu.


Lewat selembar kertas kerja di Microsoft Word, aku mulai memvisualisasikan mimpiku untuk mengikuti salah satu forum pemuda nasional. Rasanya aku telah rindu sekali untuk berkumpul dengan pemuda-pemuda se-Indonesia dan mulai berdiskusi mengenai langkah-langkah kecil yang dapat dilakukan. Maklum, terakhir kali aku ikut kegiatan forum adalah tahun 2013. Tepatnya tanggal 16-19 Mei 2013 saat mengikuti Youth Environmental Leader Summit di ITS Surabaya. Sebenarnya Allah telah memberikanku kesempatan banyak sekali untuk mengikuti forum-forum seperti itu. Namun, apa daya keuangan selalu menjadi masalah bagiku. Aku tak jadi mengikuti President University Leadership Camp, The New You Institute Leadership Award dan Java Summer Camp karena masalah finansial. Meskipun, sebenarnya diri ini telah resmi dinyatakan sebagai official delegate. Sepertinya, aku harus banyak belajar untuk mengatur keuangan.

Atas kegagalanku mengikuti forum-forum seperti itu, akhirnya timbulnya impian "aku ingin minimal setahun sekali ikut event skala nasional". Aku pun mengincar Indonesia Youth Forum (IYF) 2014 yang kebetulan sekali berlokasi di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Kuvisualisasikanlah impian besarku itu dan kutempel tepat di tembok yang setiap hari aku melihatnya.

Visualisasi mimpiku yang kutempel di tembok kamar kos
Visualisasi mimpiku yang kutempel di tembok kamar kos

Singkat cerita, batas akhir pengiriman syarat-syarat administrasi IYF adalah 10 Maret 2014. Entah, diri ini memang sudah ditakdirkan untuk jadi deadliner atau memang aku yang sok sibuk. Aku baru saja mengirimkan syarat-syarat ke web Indonesia Student and Youth Forum (ISYF) sekitar H-3 atau H-2 penutupan. Syarat-syarat tersebut berupa daftar kegiatan yang pernah diikuti, esai tentang motivasi mengikuti IYF, dekripsi tentang proyek sosial yang pernah dijalankan dan esai tentang Peran Pemuda dalam Menjaga Warisan Budaya dan Keberlanjutan Pariwisata Laut di Indonesia.

Form isian IYF 2014
Form isian IYF 2014

Mungkin aku yang terlalu PD atau memang inilah kekuatan mimpi. Setelah aku selesai mendaftar, aku memiliki rasa optimis akan lolos seleksi administratif. Dan alhamdulillah aku lolos :)  Saat pengumuman, aku tak tahu apa-apa jika diri ini lolos seleksi administratif. Maklum, aku waktu itu tidak sempat membuka inbox email-ku. Aku hanya kaget ketika mas Alfath Amrin, selaku panitia mengirim SMS padaku. Senyum simpul pun seketika tak dapat kuhindari. "Ini adalah awal yang baik", pikirku waktu itu.

Awalnya aku merasa tidak siap. Bagaimana tidak?  Aku baru saja pulang dari kampus dan saat tiba di kos aku sadar kalau aku harus menginstal Skype di laptop. Setelah seleksi administrasi, aku harus melewati seleksi wawancara. Karena aku mempunyai mimpi itu dan aku telah menempelnya di tembok kamar. Ada perasaan malu jika aku tak bersemangat untuk pergi ke kampus lagi. Skype membutuhkan koneksi internet yang lumayan kencang. Jadi, aku harus mengalah untuk berjalan ke Puskom (Pusat Komputer) demi impianku itu. Saat itu sekitar pukul 12.30 an.

Aku harus melewati lika-liku hambatan dari mulai lupa bawa headset, suasana Puskom yang terlalu ramai dan koneksi internet yang susah untuk terkoneksi. Waktu itu aku hanya memiliki waktu tiga jam untuk mendownload dan menginstal Skype. Padahal aku masih belum tahu harus menjawab apa saat sesi wawancara nanti. Terkesan tanpa persiapan sama sekali. Tapi, untungnya ada temanku Aris yang dengan baik hati mengantar headset miliknya kepadaku meskipun saat itu keadaan sedang gerimis. Tak lupa juga teman baruku yang aku dapat dari Facebook, namanya Annisa Rahim. Waktu itu aku mencoba mencari teman yang memiliki akun Skype untuk testing dan pemanasan dulu sebelum wawancara. Takutnya, saat wawancara berlangsung terdapat kendala yang tidak kuinginkan.

Setelah menunggu lumayan lama, akhirnya mas Alfath pun menelponku lewat Skype dan terjadilah sesi wawancara. Yang ada di benakku waktu itu adalah rasa canggung dan bingung mau bersikap seperti apa. Aku berada di antara keramaian orang yang sedang mengerjakan tugas dan bermain dengan laptop masing-msing. Sedangkan, aku harus melakukan tes wawancara di kawasan yang nampak seperti ground sebuah pusat perbelanjaan. Apalagi, ketika kuketahui bahwa mas Alfath adalah mahasiswa University of Hongkong. Aku mau ngomong apa? Masih teringat ketika seleksi Indonesian Green Action Forum (IGAF) bulan Juli 2013 lalu yang juga menggunakan Skype. Aku takut hal yang sama terjadi padaku sore itu. Tapi ternyata takdir berkata lain, aku alhamdulillah diberikan kelancaran dalam sesi wawancara. Semua pertayaan tentang proyek sosial telah aku paparkan sedemikian rupa. Aku pun bergegas untuk melaksanakan shalat ashar di masjid kampus dengan riangnya.

Saat pengumuman tiba, entah ini keajaiban apa. Aku dinyatakan lolos sebagai Official Delegate mewakili kampusku, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Tapi, aku memiliki hambatan lagi. Biasa, masalah keuangan. Bahkan untuk membayar uang donasi sebesar Rp 200.000 pun aku tak bisa. Saat itu uang bidik misi belum juga keluar. Aku masih harus membayar kos sebesar Rp 210.000. Aku juga masih perlu makan. Sungguh pilihan yang sulit, aku harus memilih makan atau ikut forum nasional. Donasi tersebut harus dibayarkan jika memang ingin dinyatakan resmi sebagai delegasi. Akhirnya, aku melihat posting mas Abul dari Jakarta yang dengan positifnya memberitahukan bahwa dirinya sedang mencari sponsor untuk bisa terbang ke Wakatobi. Aku seketika meniru apa yang dilakukan mas Abul. Dan seperti biasanya, aku juga iseng membantu adik-adik kelas yang sedang kebingungan di grup-grup SNMPTN, SBMPTN, UMBPT. Pasti banyak teman-temanku yang menganggapku aneh, karena aku masih sibuk mengurusi adik-adik kelas yang tidak aku kenal. Sebenarnya hal itu adalah pelampiasanku disaat aku bingung hendak melakukan apa. Aku masih ingat kata-kata,

Mudahkanlah orang lain, maka Allah akan memudahkanmu

Letter of Acceptance IYF 2014
Letter of Acceptance IYF 2014

Dan aku membuktikan kebenaran kata-kata itu. Disaat aku banyak membantu adik-adik kelas terkait perkuliahan. Aku mendapatkan banyak pertolongan dari Allah yang tak terduga-duga. Aku masih merasa bersyukur masih dapat berkuliah secara gratis di UNS, bahkan aku sekolah dari SD hingga kuliah pun gratis. Masih dapat gratisan bimbingan belajar juga waktu SMA, dapat uang saku banyak dan pergi kemana-mana saat SMA karena kerap mewakili sekolah untuk lomba-lomba dan kegiatan tingkat provinsi dan nasional. Bahkan, HP, kaos, tas, sepatu, celana dan semua yang aku miliki pun dapat aku beli melalui uang-uang dari orang lain. Jadi selama aku masih bisa membantu adik-adik kelas, ya in sya Allah aku bantu.

Bantulah seseorang sesuai kelebihanmu. Jika kamu lebih di harta, maka bantulah dengan harta. Jika kamu lebih di ilmu, bantulah dengan ilmu. Jika kamu lebih di tenaga, bantulah dengan tenaga

Karena aku suka online, ya maka dari itu aku membantu orang lain melalui online. So simple sebenarnya.

Meskipun, hal-hal itu kulakukan dengan iseng. Beruntungnya isengku iseng-iseng berhadiah. Ketua BEM FISIP UNS 2014, Mas Aji Nugroho tanpa ada angin dan hujan mengirim SMS padaku. Intinya dia appreciate denganku dan ingin sedikit membantu biaya donasi. "Nikmat mana yang kau dustakan, Luth?" Donasi aja kamu dibayarin. Kurang bersyukur apa? Tuh, kebaikan selalu dibalas dengan kebaikan pula kan? :)

Masalah donasi alhamdulillah berhasil terselesaikan. Aku harus menyusun proposal agar bisa terbang ke Wakatobi. Awalnya, aku menunggu mbak Tria untuk mengajari dan membimbingku membuat proposal. Tapi, apa hendak dikata, sepertinya dia sedang sibuk. Aku pun iseng mengganti sistematika proposal yang dibuat oleh mas Jedy (mahasiswa FKIP UNS yang berhasil lolos juga ke Wakatobi). Dengan penuh perjuangan menanti bu Yatmi selaku Pembantu Dekan III FISIP UNS dan berbincang-bincang dengan pihak-pihak Sub Bagian Kemahasiswaan dan Keuangan. Proposalku berhasil ditandatangani dan disetujui. Alhamdulillah.

Selain itu, aku juga masih disibukkan dengan media partner. Aku memutuskan hanya mencari media partner di lingkungan kampus saja. Setelah urusan proposal dan media partner selesai. Aku mulai mem-booking tiket dengan uang bidik misiku dan bantuan dana yang berasal dari iuran anggota-anggota di BEM FISIP UNS 2014. Sangat terharu sebenarnya saat tahu hal itu.

Video IYF 2014
Video IYF 2014

Masih ingat kan, dana bidik misiku baru limit? Tapi aku dengan beraninya mengambil uang bidik misi itu untuk membeli tiket. Padahal, hidupku kugantungkan pada dana bidik misi. Sempat panik saat aku membayar ke bank. Aku tahu, namaku memang nama yang rawan salah. Jadi, maklum teller bank waktu itu khilaf menuliskan namaku. Bagaimana kelanjutannya kalau uang tiga juta nggak dianggap gara-gara namaku salah? Tapi, alhamdulillahnya hal tersebut terselesaikan juga. Dan kini tiket berangkat dan pulang telah ada di tangan. Namun, masalah datang lagi. Aku dan mbak Inayah (mahasiswa FKIP yang juga lolos IYF bersamaku dan mas Jedy) kehabisan tiket dari Kendari ke Wakatobi. Kami memilih rute naik bus dulu dari Solo ke Surabaya pada Senin malam, dilanjutkan dengan naik pesawat ke Kendari, dengan rute transit di Makassar pada Selasa pagi. Baru dilanjut keesokan paginya ke Wakatobi. Hari itu hari Senin, aku dan mbak Inayah panik setengah mati karena acara dimulai Rabu Siang. Sedangkan pesawat dari Kendari ke Wakatobi pada hari Rabu telah habis. Kami pun sibuk mencari alternatif lain dengan menggunakan kapal. Menelpon panitia untuk meminta pengarahan. Alhamdulillah, kami masih memiliki alternatif ke Wakatobi dengan naik kapal. Namun, masalah datang lagi.
------

Sepertinya ceritaku di atas udah banyak banget. Itu dulu aja ya. 
Penasaran sama kelanjutannya? Tunggu cerita sesi perjalananku dari Solo ke Wakatobi :)

Yang penting, jangan pernah takut untuk bermimpi. Bermimpilah. Allah akan memeluk mimpi-mimpi kita.

0 komentar: